fbpx

Suku Jawa Merupakan salah satu dari dari sekian banyak suku bangsa di indonesia. setiap suku bangsa memiliki bahasa dan cara penulisan berbeda-beda. Demikian pula dengan Suku Jawa, suku jawa mempunyai cara berbicara dan cara menulis yang unik. Aksara Jawa (atau lebih dikenal dengan nama Aksara Hanacaraka). Aksara jawa merupakan aksara jenis abugida salah satu turunan aksara Brahmi yang dipakai untuk penulisan naskah-naskah berbahasa jawa, bahasa Sunda, bahasa Sasak, dan bahasa Makassar.
Apa Maksud Abugida‌‌‌‌‌‌‌‌? Abugida sering disebut adalah aksara segmental yang didasarkan pada konsonan dengan notasi vocal yang diwajibkan tertapi bersifat sekunder. Sedangkan alphabet ( a b c d …) vokalnya memilki status sama dengan konsonan serta abjad yang penandaan vokalnya tidak ada (optional).
Sedangkan apakah maksud aksara brahmi? Aksara brahmi merupakan aksara yang digunakan di India pada masa pemerintahan Raja Asoka (270 SM – 232 SM).
Bentuk aksara jawa sudah ada sebelum masa Kesultanan Mataram  Aksara ini merupakan modifikasi dari aksara Kawi atau dikenal dengan Aksara Jawa Kuno yang juga merupakan aksara yang termasuk Abugida yang telah dipakai sekitar Abad ke-8 sampai abad ke-16.
Terlepas dari klenik-klenik yang menyelimutinya. Aksara jawa memiliki nilai estetis yang tinggi jug memiliki nilai spiritual sebagai ajaran budi pekerti yang luhur pada manusia. Berdasar legenda jawa aksara jawa diciptakan oleh Prabu Ajisaka dari Medang Kamulan. (Dilain pihak bukti sejarah yang otentik masih simpang siur) ini berjumlah 20 kata dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi sebagai penutup bunyi vocal, 8 huruf “utama” (aksara murda, ada yang tidak memiliki pasangan), 5 aksara swara, 5 aksara rekan, 8 pasang huruf utama dan 5 pasangannya, beberapa sandangan sebagai vocal, beberapa aksara khusus, beberapa tanda baca, serta beberapa aturan penulisan yang di sebut pada.
Dalam aturan aslinya, aksara Jawa dituliskan di bawah garis atau menggantung. Sedangkan pada pengajaran di era modern, penulisan berada di atas garis. Didalam aksara Jawa akan ditemukan penyingkatan cacah huruf pada penulisan sebuah kata. Hal ini berbeda dengan penulisan aksara latin.
Ini merupakan urutan dasar aksara Jawa banyak dikenal masyarakat. Aksara Jawa di atas merupakan satuan terkecil yang merepresentasikan konsonan. Sedangkan vokal tergantung dari dialek pembicara, dialek jawa barat cenderung menggunakan /a/ dan jawa timur lebih cenderung /ɔ/. Secara umum aturan baku yang digunakan menentukan vokal dalam aksara jawa dideskripsikan dalam Wewaton Sriwedari.
Wewaton Sriwedari atau bisa disebut Pedoman Sriwedari atau ketetapan sriwedari. Atau lebih lengkapnya Wawaton Panjeratipoen Temboeng Djawi mawi Sastra Djawi dalasan Angka (Pedoman Penulisan Kata Jawa dengan Akara Jawa dan Angka) yang merupakan pedoman penulisan Aksara Jawa yang pertama kali dirumuskan. Pedoman ini ditetapkan dalam Keputusan Sarasehan Komisi Kesusastraan) di Surakarta. Tepatnya di Sriwedari pada tahun 1926.
Beberapa Isi dari aturan dalam menentukan vokal dideskripsikan dalam Wewaton Sriwedari sebagai berikut :

  1. Aksara akan dibaca dengan vokal /ɔ/ apabila sebelum aksara mengandung sandhangan swara
  2. Aksara akan dibaca dengan vokal /a/ apabila setelah aksara mengandung sandhangan swara
  3. Apabila 2 aksara setelah Aksara pertama merupakan aksara dasar. Jika begitu, aksara tersebut dibaca dengan vokal /a/. Jika tidak umumnya dibaca dengan vokal /ɔ/,

Terdapat 34 aksara konsonan dan 11 aksara suara (vokal) dalam aksara Jawa (di luar aksara tambahan), namun tidak semuanya digunakan dalam penulisan modern.

Kami menerima Translate, Terjemah Bahasa inggris Indonesia, terjemah jurnal ilmiah, jurnal international tembus SCOPUS,  terjemah bahasa terjangkau,

WhatsApp Fast Response via WA